BANDAR LAMPUNG -- Pria bernama lengkap Yuna F. Mananda merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara dari pasangan Bustari Ali (alm) dan Supriyati. Ayah saya dulu bekerja sebagai anggota kepolisian di wilayah Polda Lampung sedangkan ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.
Lulus sekolah pada tahun 2009 dari SMA Yadika Natar. Semasa SMA ia mengakui adalah anak yang nakal seperti membolos, foya-foya, berkelahi, bahkan pernah membuat guru menangis,entah sudah brapa kali saya menerima surat peringatan.
“Dulu saya pernah bolos sekolah berdua temen mau maen kearah Bandar Lampung, di tengah perjalanan kelaperan karena belum sarapan, bingung nyari tmpat makan akhirnya kita kembali ke sekolah sarapan uduk langganan di samping sekolah, eh sampe warung samping sekolah guru-guru lagi pada sarapan di situ, akhirnya di gelandang deh kita ke sekolah dan dihukum.
Lalu pernah juga berkelahi ngeroyok adek kelas, smpai dipanggil kepala sekolah dan polisi, eh nggak tahunya polisi itu oom saya sndiri hahaha,” cerita Yuna mengungkap kekonyolannya semasa sekolah.
Yah itulah sebagian kecil kisah kebandungan Yuna di SMA.
Namun semua merubahnya ketika sang ayah meninggal karena penyakit diabetes. Ia yang awalnya nakal dan suka foya-foya lebih bisa mengerti lagi akan menghargai uang. “Sebelum ayah saya meninggal, beliau sempat berkata ingin menghadap atasannya untuk memasukkan saya sebagai anggota kepolisian, tapi namanya takdir sebelum keinginan itu tercapai Yang Maha Kuasa berkehendak lain,” kenang Yuna.
Dari kecil pria kelahiran 5 Juni ini memang bercita-cita menjadi seorang polisi dan menjadi penerus ayahnya, ia pun mendaftar saat ada penerimaan anggota polri, namun nasib berkata lain dua kali mendaftar dua kali pula ia gagal. Namun kegagalan bukanlah suatu alasan bagi seseorang untuk tidak bangkit kembali.
Di sisi lain, Yuna memiliki hobi bermain basket, futsal dan membaca. Ia pernah menjadi juara pada sebuah turnamen basket yang diadakan salah satu universitas di Bandar Lampung, dan juga pernah menjadi juara Turnamen Futsal di Kecamatan Jati Agung, dan terakhir menjadi juara 2 Turnamen Futsal yang diadakan oleh salah satu dealer sepeda motor Agustus 2015 ini.
Sedangkan dari hobi membacalah yang membuat saya mengerti akan pentingnya pendidikan dan akhirnya meneruskan studi di Perguruan Tinggi Mitra Lampung dengan niat biaya sendiri tanpa membebankan ibu saya.
Setelah mendaftar kuliah, akhirnya ia keluar dari pekerjaan dikarenakan ditempatnya bekerja saat itu tidak diizinkan untuk kuliah.Sekitar kurang lebih 5 bulan mencari pekerjaan yang sejalan agar bisa kuliah tapi tidak kunjung dapat juga. Ia yang tidak mau merepotkan ibu dan menjadi bebannya, maka ia pun mengurungkan diri untuk tidak meminta uang kepada sang ibu.
“Karena waktu pembayaran daftar ulang hampir habis dan saya tidak dapat pekerjaan juga maka saya pun mengurungkan niat untuk meneruskan kuliah.Tapi lagi-lagi saya kembali termotivasi oleh buku yang saya baca, disitu ada kalimat: niatkanlah semua urusan itu semata-mata untuk ibadah, belajar juga ibadah, Insya Allah akan dibukakan jalan,” aku Yuna
Bermodalkan niat dan keyakinan untuk kuliah, akhirnya ia dipinjamkan uang oleh seorang teman untuk biaya daftar ulang. Akhirnya ia masuk kuliah walau pada saat itu kuliah sudah berjalan 1 minggu, bahkan ia pun sudah melewatkan masa PROMITRA , program orientasi mahasiswa baru di kampus Umitra, yang diadakan oleh kampusnya.
“Namun susahnya tidak hanya sampai disitu. Saya belum juga dapat pekerjaan tapi di kampus harus sudah bayaran SPP dan UTS, akhirnya saya pinjam kepada kakak saya. Selang 4 bulan kuliah dan hutang yang semakin menumpuk, akhirnya saya diterima bekerja sebagai marketing disebuah perusahaan Biro Perjalanan, dengan gaji waktu itu hanya sebesar Rp. 500.000. pikir saya waktu itu cukuplah untuk biaya kuliah perbulannya, jadi ngga pusing pinjem sana-sini lagi,” tutur fans fanatik FC. Barcelona ini.
Hampir setahun bekerja, sebagai marketing akhirnya ia diangkat menjadi Admin & Ticketing, yang otomatis membuat pendapatannya pe rbulan naik juga dan bisa melunasi hutang-hutangnya.
Saat kuliah Yuna tertarik pada mata kuliah design graphis, dari situ muncul hobi baru baginya dan akhirnya ia pun bekerja merangkap sebagai seorang design graphis pada sebuah percetakan.
Setelah hampir 4 tahun bekerja sekarang ia sudah diangkat menjadi supervisor di biro perjalanan tersebut, dan hampir berbarengan dengan menyelesaikan kuliahnya di Umitra..
“Jadi inilah yg bisa saya petik, disaat kita ada kemauan dan keyakinan Allah pasti memberi jalan yg sungguh-sungguh sangat indah walau itu tidak semudah rencana kita. Saat wisuda nanti ingin sekali melihat ayah saya bisa datang, tapi sudah pasti tidak bisa karena telah tiada.Tapi ini bukan alasan untuk bersedih, jikalau ayah masih hidup mungkin cerita yang saya lewati akan berbeda, saya tidak akan merasakan pahitnya hidup yang membuat saya lebih dewasa. Pengalaman susahnya mencari kerja, juga ngga mungkin bisa kuliah hingga sebentar lagi di wisuda, tidak mungkin bertemu teman-teman seangkatan dan dosen-dosen yang sangat luar biasa,” pungkas pria berkulit kuning langsat ini.
Tapi, beruntungnya Yuna masih memiliki seorang Ibu yang hebat, kakak dan adik yang luar biasa
Baginya setelah diwisuda ini bukanlah akhir, tapi malahan menjadi awal dari perjuangan yang baru. Semoga Yuna diberikan kemudahan untuk kedepannya.