Mahasiswa pencinta alam, begitu orang mengenal dan sering juga disingkat menjadi Mapala. Yessy Merta Audina, mahasiswi berhijab kelahiran Cilegon , 06 Maret 1996 merupakan salah satu pengurus UKM Mapala Umitra.
Mapala alias mahasiswa pencinta alam sering dikaitkan dengan kebrutalan dan ketidakteraturan. Pakaian yang tak jelas, bergaya seadanya, dan bisa heboh dimana pun berada; telah menjadi bagian dari keseharian kami. Akronim “mapala” juga diplesetkan menjadi “Mahasiswa Paling Lama”.
“Begitukah kami?Apakah kami benar-benar dididik untuk brutal?Kegiatan kami didasari atas dasar hobi berkegiatan di alam bebas. Kebanyakan mahasiswa yang bergabung pada awalnya didasari beberapa alasan: keinginan untuk mengenal mapala, kesukaan terhadap kehidupan masuk hutan-keluar semak, dan dasar aneh, yang beberapa diantaranya disebabkan keinginan untuk mengenal anggotanya, kebetulan banyak yang ganteng dan cantik. Hehe..,” ujar gadis cantik yang tercatat sebagai mahasiswi semester 5 di STIE Umitra program studi akuntansi.
Menurut pemilik golongan darah AB ini, mereka tidak pernah diajarkan dan belajar untuk brutal. Mereka hanya belajar dan diajarkan untuk mengalahkan rasa takut dan mengikuti kata hati. Ini semua bukan tanpa alasan. Karena dalam pergerakannya, lembaga cinta alam, begitu sering dikenal, selalu berkegiatan di alam bebas. Kerasnya kehidupan di alam, dinginnya puncak gunung, dan kelamnya gua, menjadi sesuatu yang tak bisa dipisahkan dari Mapala. “Kami tidak mengenal siang atau malam. Kami tidak mengenal hujan atau panas terik.Walaupun sebenarnya, sebagian besar dari kami, merasakan itu semua: rasa takut, kedinginan, dan ngerinya kegelapan. Tapi, sebagian besar berusaha menikmatinya. Alam lah yang lebih banyak membentuk kami. Alam lah yang mengajarkan kepada kami tentang rasa takut. Alam juga yang memaksa kami untuk menaklukan dan sekaligus menghormatinya. Jika tidak kami akan dibuang oleh sesuatu yang kami cintai,” urai pemilik Fb = Yessy Merta Audina dan Ig= Yessyaudina ini.
Tentang tanggung jawab dan disiplin ada hal penting yang selalu diajarkan kepada Yessy dan teman-teman Mapala, tentang tanggung jawab , disiplin dan pola pikir yg baik. Setiap kesalahan adalah tindakan perbaikan. Terkesan keras dan kejam. Pada prakteknya, ini semua hanya dilakukan atas dasar sama-sama senang dan bukti tanggung jawab. Dalam pendidikan kepecinta alaman mungkin sedikit keras dan serius. Tetapi setelah itu, semuanya berlalu menjadi sesuatu yang menyenangkan, dan kemudian terbawa ke kehidupan sehari-hari. Belajar bagaimana bertanggung jawab dan disiplin, begitu lah ia dan teman-teman dididik.
“Belajar tentang tanggung jawab dan disiplin mengenalkan kami tentang arti diri kami sendiri. Dalam berkegiatan, alam lah yang mengajarkannya. Kamu takkan bisa menelusuri hutan sesukamu, mendaki gunung sekehendakmu. Untuk menggapai puncak gunung misalnya, pada beberapa gunung, telat 5 menit saja, itu bisa berarti kamu akan tinggal selama-lamanya disana. Cadas yang indah akan menjadi tempat terakhir yang kamu kunjungi,” terang gadis murah senyum yang beralamat di Alamat Jln PTP 7 no 25 Natar LampungSelatan ini.
Disiplin dan tanggung jawab, semuanya berguna dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang dia pelajari dan coba terapkan. Walaupun dalam penerapannya tidak semulus yang dipikirkan, setidaknya dia dan teman-teman sesama aktivis kemahasiswaan di kampusnya yang memiliki hobi dan minat yang sama berusaha lebih baik dari orang kebanyakan.
Tentang masa studi aktivis yang cenderung lebih lama berkutat di kampus, gadis murah senyum ini, secara panjang lebar menyampaikan opini nya dengan bijak. Menurutnya, apakah ia dan teman-temannya mahasiswa yang menikmati masa studi kampus di kampus berlama-lama?
Pandangan tak mengenakkan yang membuat semua orang takut jika harus menjadi bagian dari mapala. Satu hal yang sering orang lakukan: generalisasi.Tidak semua anggota mapala seperti itu. Masalah tersebut muncul di pribadi masing-masing, tergantung orientasi hidupmu sendiri. Ada yang berpikir, organisasi adalah segalanya. Berkegiatan merupakan sesuatu yang penting daripada kuliah itu sendiri. Bagi mereka, kuliah itu tak pernah menjamin masa depan. Tapi, berkegiatan memberikan tentang simulasi dunia kerja.Ini hanya lah sebuah kontroversi, tergantung pemikiran masing-masing. Tak ada kebenaran ciptaan manusia yang absolut, akan menimbulkan distorsi pada kasus-kasus tertentu.Tetapi satu hal, kebanyakan masalah lama tamat muncul karena masalah pribadi masing-masing, bukan masalah organisasi. Terkadang muncul karena kemalasan mengerjakan tugas akhir, karena tak semua orang menyenangi kegiatan menulis. Terkadang disebabkan masalah lain yang tak bisa dijelaskan.Kuliah atau berkegiatan? Nilai atau skill? Ini merupakan sebuah kontroversi, benar atau salahnya tergantung pribadi masing-masing.Satu hal, bisa kuliah dan berkegiatan dengan baik, itu bagus; punya nilai bagus dan skill yang mumpuni, itu baik. Tetapi, kalau kamu tak mampu mencapainya, cukup salah satu saja.Kuliah sering menunjukkan ketidakadilan. Usaha terkadang tak sebanding dengan nilai yang didapatkan. Tetapi kegiatan, selalu menjamin untuk meningkatkan skill mu. Itu lebih adil. Jalan tengahnya, kerjakan kuliah semampunya dan tetap berkegiatan untuk meningkatkan kemampuan. Cepat atau lambatnya tamat tergantung bagaimana mengatur waktu.
“Tergantung bagaimana memberatkan pilihan untuk kuliah dan berkegiatan.Satu hal yang perlu ditekankan, masalah cepat lambatnya tamat, bukan masalah organisasi, tetapi lebih ke masalah pribadi dan persepsi masing-masing orang. Salam lestari!” tutup Yessy.