Pendekatan Epidemiologi Sosial Dalam Mendukung Kebijakan Pelayanan Primer di Indonesia
Bandar Lampung -- Jika orang tua nya baik, ada kemungkinan anaknya belum tentu sebaik orang tuanya, perubahan ini menyebabkan morbiditas sosial atau perubahan sosial dan dapat menurunkan kesehatan individu atau sosial.
Hal itu diungkapkan oleh Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, SKM., Mkes., dalam kuliah umum di Pasca sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Umitra, Sabtu (25/3/2017).
Wanita kelahiran Semarang, 28 Juni 1972 ini membawakan materi dengan tema: “Peranan Evidance Base Dengan pendekatan Epiodemiologi Sosial Dalam Mendukung kebijakan Pelayanan Primer di Indonesia.” Epidemiologi sendiri adalah adalah ilmu mengenai distribusi dan determinan dari keadaan sehat/ sakit dalam suatu populasi
Dalam pemaparannya Wulan mengangkat beberapa pendapat dan pendekatan tentang epidemiologi sosial. John Graunt: pada abad 17 di Inggris terdapat variasi morbiditas dan mortalitas menurut variasi sosial. Villerme (1820): kemiskinan, kondisi rumah yang tidak baik dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kesakitan dan mortalitas
Virchow (1848): penderita typhus lebih banyak merupakan orang dengan kondisi rumah yang tidak baik (Berkman & Kawachi, 2000)
Bagaimana distribusi kondisi sosial dan bagaimana kondisi sosial berpengaruh terhadap kondisi sehat/ sakit à epidemiologi sosial (Berkman & Kawachi, 2000)
Mekanisme Pengaruh Determinan Sosial terhadap Kesehatan (Solar & Irwin, 2000; WHO, 2000)
Perspektif kausasi sosial
Posisi sosial menentukan kesehatan melalui faktor perantara (perilaku, kondisi kehidupan, dan faktor lain yang meningkatkan kerentanan akan suatu penyakit)
Perspektif life course
Perspektif life course menunjukkan bagaimana determinan sosial beroperasi pada tiap level kehidupan mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa, yang mempengaruhi kesehatan dan menyediakan dasar kesehatan atau sakit pada hidup kemudian.
Perspektif seleksi sosial
Mobilitas sosial (perubahan sosial) menyebabkan individu mengalami penurunan skala sosial dan kesehatan
Pola:
Kesehatan yang lebih baik akan terdapat pada sosial ekonomi yang lebih baik à terdapat pada semua periode, kelompok demografi, pada banyak penyakit dan kematian serta pada berbagai variasi ukuran sosial.
Tetapi sosial ekonomi dan kesehatan tidak secara persis sama di semua konteks. Terdapat faktor politik, budaya dan faktor lain yang mempengaruhi bagaimana kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap kesehatan
Contoh: kematian penumpang wanita Kapal Titanic di kelas tiga 20 kali lebih besar dibanding penumpang wanita di kelas satu à terdapat pengaruh politik diskriminasi (akses ke sekoci penyelamat) yang menentukan pengaruh sosial ekonomi terhadap kematian.
Terjadinya stratifikasi dan terpeliharanya stratifikasi tersebut di masyarakat memerlukan suatu mekanisme.
Mekanisme tersebut diantaranya adalah struktur pemerintahan, sistem pendidikan, struktur pasar, sistem keuangan, perhatian terhadap pembuatan kebijakan, provisi sosial serta proteksi sosial. Adanya mekanisme struktural tersebut menyebabkan perbedaan posisi sosial dari individu yang merupakan akar penyebab ketidakadilan kesehatan. Perbedaan tersebut membentuk status kesehatan individu melalui dampak determinan perantara seperti kondisi lingkungan, keadaan psikososial, faktor perilaku dan biologi dan pelayanan kesehatan itu sendiri (Solar & Irwin 2010; WHO 2011a).
Di akhir materi kuliah umum Wulan menyimpulkan, upaya peningkatan determinan sosial, dan variabel-variabel perantaranya terkait dengan sehat/ sakit memerlukan dukungan sektor kesehatan lain yang terkait serta sektor lain di luar kesehatan.
“Upaya tersebut juga harus didukung oleh pemerintah. Dukungan tersebut berupa pembangunan ekonomi dan kebijakan sosial yang memihak masyarakat miskin dan memperhatikan ketidaksamaan determinan sosial, penguatan sistem kesehatan serta komitmen pemerintah pusat dan daerah ,” pungkasnya.
Kuliah umum ini diikuti oleh segenap mahasiswa pascasarjana STIKes Umitra.